“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu…”
Dalam keadaan gelap hati dan mata. Pikiran yang mendangkal. Akal sehat yang terjual oleh syair-syair puisi Iblis, maka diambilnya sebuah batu keras dan dihujamkannya batu itu ke kepala Habil putra Adam. Seketika pula darah mengalir membasahi kepala dan menetes ke tanah. Tubuh Habil pun tersungkur.
“Aku lebih berhak mendapatkan apa yang telah menjadi keinginanku, karena dia adalah adikku. Adik yang seharusnya menjadi istriku. Engkau tidak punya hak untuk merebut hatinya dari ku, wahai saudaraku!” ujar Qabil kepada saudaranya itu.
Menyaksikan apa yang terjadi saat itu, Iblispun tertawa kegirangan. “Sudah lama sekali aku bersusah payah dan berusaha agar manusia-manusia yang rendah itu menjadi teman setiaku” ujar Iblis di dalam kegembiraannya. “Lihatlah wahai Alloh, sesungguhnya apa yang Engkau kira lebih baik dari ku, sesungguhnya adalah yang terburuk dari apa yang Engkau ciptakan kepada ku. Apakah aku masih pantas bersujud pada Adam, ciptaan Mu itu?” ucap sang Iblis.
----- OO ----
“Ayahanda, bolehkah aku menentukan pilihanku sebelum engkau tentukan pilihan mu tentang ikatan suci yang akan engkau putuskan?” ujar Qabil kepada ayahnya, Adam.
“Tidak anakku, apa yang akan kuputuskan ini adalah wujud bakti mu kepada ku” ujar Adam kepada Qabil.
Kemudian terjadilah diskusi yang cukup panjang antara Adam dan putranya, Qabil, yang tetap menolak untuk dinikahkan dengan saudara perempuannya Habil putra Adam. “Baiklah, jika engkau bersikeras menuruti keinginan mu. Besok pagi kau persembahkan sebagai korban apa yang telah engkau kerjakan selama ini. Biarlah Alloh yang menentukan siapa yang berhak menikahi saudara perempuan Qabil. Perintahku ini juga berlaku untuk mu, Habil!”
Hari yang ditentukan untuk membrikan persembahan korban pun tiba, kedua saudara itu berusaha menjalankan apa yang diperintahkan ayahnya untuk menyisihkan sebagian hasil usahanya untuk dijadikan persembahan korban.
“Biarlah Alloh Yang Maha Agung menentukan segalanya!” ujar Habil kepada Qabil. Seekor kambing betina gemuk dan sehat adalah persembahan Habil kepada Sang Pencipta. Sedangkan Qabil mempersembahkan setumpukan tanaman yang buruk.
Tak lama kemudian, terdengarlah suara gemuruh yang sangat keras dan memekikkan telinga kedua bersaudara itu. Bersamaan dengan datangnya suara gemuruh, petir dengan kilatannya menyambar salah satu persembahan korban. Kilatan petir itu menyambar persembahan korban Habil tanpa menyentuh sedikitpun persembahan Qabil. Bukan main marahnya Qabil ketika melihat persembahannya tidak diterima oleh Sang Pencipta.
“Aku akan membunuhmu, Habil!” kata Qabil dengan suara yang dipenuhi dengan kemarahan kepada Habil, saudaranya.
Pada satu masa, Qabil diperintahkan ayahnya untuk mencari Habil yang terlambat pulang. Karena rasa amarah yang sudah menutupi hati dan akalnya serta dilihatnya Habil sedang sendirian, maka dihampirinya saudaranya itu. Habil pun berkata pada Qabil,” Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu ….”.
----- OO ----
“Apa yang sedang engkau tertawakan wahai raja Iblis?” tanya ular pada sang Iblis.
“Kamu lihat, manusia yang katanya hebat itu telah takluk di tangan ku. Lalu apakah aku masih pantas sujud kepada Adam, sedangkan manusia lebih lemah dari ku!” kata Iblis kepada ular.
“Apa yang telah kau lakukan pada Qabil putra Adam?” tanya ular itu kembali.
“Ketika aku dikutuk oleh Alloh, aku sangat benci akan kehadiran makhluk ini. Dan mulai saat itu aku bersumpah untuk mencari kelemahan yang paling mendasar dari manusia yang bisa membuatnya menjadi teman setiaku di neraka nanti” kata Iblis pada ular.
“Dengan cara apa?” tanya ular sambil memuji kehebatan sang Iblis.
“Pada awalnya, ketika Adam dan Hawa tertidur pulas di alam atas, aku mengamati setiap struktur tubuh manusia. Dan aku menemukan sebuah organ dari tubuh mereka yang sangat kecil, terlindungi oleh tulang dan daging. Pertanyaanku saat itu adalah kenapa organ ini sangat dilindungi oleh kerangka yang kuat dan daging yang tebal. Ternyata organ itu adalah motor utama penggerak manusia. Dan analisa ku saat itu, bila organ itu bisa kutaklukkan, maka manusia akan tidak berdaya dan akan berada di bawah kendali ku” kata sang Iblis menjelaskan.
Kemudian sang Iblis menambahkan, “Dan analisa ku ternyata terbukti, lihat Adam dan Hawa sekarang, dia telah diusir dari surga, sama seperti aku, ha,ha,ha!” Iblis pun tertawa dengan keras. “Selanjutnya, karena Qabil memiliki struktur tubuh yang sama dengan orang tuanya, karena aku selalu mengamati setiap manusia yang lahir ke dunia ini, maka apa yang kulakukan pada Qabil adalah sama dengan apa yang kulakukan pada Adam dan Hawa”.
“Apa nama organ itu, wahai Raja Iblis yang sesat?” tanya ular dengan keheranan.
“Hati, … Qalbu. Manusia mempunyai kelemahan pada hati dan qalbunya. Bila hati mereka ku sisipkan dengan sebagian sifatku, maka manusia akan dengan mudah menjadi pengikut ku”.
“Lalu apa rencanamu kedepan?” tanya ular.
“Aku telah menciptakan sebuah kitab tanpa naskah dan akan kujadikan bacaan hati buat manusia-manusia bodoh!” kata raja Iblis dengan bangga. “Aku telah berhasil menciptakan kitab tanpa naskah itu dan telah kuterapkan pada Adam, Hawa dan Qabil. Sehingga nalurinya akan sama dengan naluriku” kata Iblis dengan bangga.
“Kitab tanpa naskah? Kenapa tanpa naskah?” tanya ular.
“Kelebihan manusia adalah memiliki kecerdasan akan akal dan logika yang bisa melebihi ku. Dan aku tak ingin akal mereka melebihi dari akal ku. Karena itu kubuat kitab tanpa naskah agar tidak ada perdebatan bagaimana cara meninterprestasikannya. Kitab itu akan kuajarkan pada setiap manusia dalam satu perspektif yang sama, yang kemudian kusebut naluri syaitan. Sehingga setiap manusia akan mengikuti naluriku berdasarkan kitab tanpa naskah itu. Dan tidak akan ada perdebatan akan kitabku ini” kata Iblis meyakinkan.
Diilhami dari Surat Al-Maidah
By my self, Private Collection
Bakauheni, 2006
Sunday, December 3, 2006
Subscribe to:
Posts (Atom)