Friday, January 9, 2009

Palestina, Bagaimana Bisa Aku melupakanmu


Taufik Ismail

Ketika rumahmu diruntuhkan buldozer
Dengan suara-suara gemuruh menderu,
Serasa pasir dan batu bata di dinding kamar tidurku
Bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah
Dan mengepulkan debu yang berdarah
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu
Dilipat-lipat sebesar sapu tangan
Lalu Tel Aviv dimasukkan
Dalam fail lemari kantor Agraria,
Serasa kebun kelapa dan kebun mengaku
Di kawasan katulistiwa yang dirampas mereka
Ketika kiblat pertama gerek dan kerecaki
Bagai kelakuan reptilia dibawah tanah
Dan sepatu-sepatu serdadu menginjak tumpuan kening kita semua,
Serasa runtuh lantai papan surau
Tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al Qur’an
40 tahun silam
di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya
bening kebiru-biruan
kini ditetesi air mataku

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu,
Ketika anak-anak kecil di Gaza
Belasan tahun bilangan umur mereka,
Menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma,
Lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya,
Siapakah yang tak menjerit
Serasa anak-anak kami Indonesia
jua yang didzalimi mereka

Tapi saksikan tulang muda mereka yang patah
Akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya,
Pembelit leher mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan Samir Al-Qassem,
Harun Hashim, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya
Yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta,
Jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar
Lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu,
Darah kami pun memancar ke atas
Lalu menuliskan guratan kaligrafi…
Allahu Akbar!”
Dan
Bebaskan Palestina!”

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu,
Ketika pabrik tak bernama
1000 ton sepakan memproduksi dusta
menebarkannya ke media cetak dan elektronika,
mengoyaki tenda-tenda pengungsi
ke padang pasir belantara,
membangkangi resolusi-resolusi majelis-majelis terhormat di dunia
membantai di Shabra dan Shatila,
mengintai Yaseer Arafat dan semua pejuang negeri Anda,

Aku pun berseru kepada khatib
Dan imam shalat Jum’at sedunia:
Doakan kolektif dengan kuat seluruh
Dan setiap pejuang yang menapak di jalan-Nya
Yang ditembaki dan kini dalam penjara
Lalu dengan kukuh kita bacalah
Laa quwwata illa bi-llah!”

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, jumlahnya beribu-ribu,
Tapi adzan masjid Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku

1989

[disadur dari Majalah Ash-Sholihah,
Yogyakarta, Desember 1993]