Saturday, December 3, 2005

Perempuan Laksana Dunia

Sedikit cerita yang mungkin pernah pula dialami oleh sebagian orang yang mengagungkan sebuah makna "keindahan". Sebuah makna dimana tersiarnya sebuah kabar yang diterima oleh hati melalui pandangan mata dan akal akan mulai mempertimbangkan, mempertanyakan lalu mungkin menerimanya atau membantahnya. Namun kadang kala hati tetap percaya pada kabar yang diterima dan bersikukuh untuk memberitakannya. Pada tahap ini, hati telah siap menanggung akibat atas perbuatan itu.

Ibarat sebuah puisi, makna-maknanya keluar dari hati. Keindahaannya akan sirna jika dalam nafasnya disisipi akal. Karena akal mempunyai jangkauan yang terbatas dibandingkan dengan hati. Konsep keindahan yang ditawarkan hati sangatlah luas dan akal kita yang sempit ini terkadang tidak sanggup mengimbangi keluasan hati. Pada titik tertertu, manusia akan kehilangan akalnya akibat keluasan hati dan perlakuan hati pada akal. Sehingga tak heran bila kejadian-kejadian klasik dan kuno ataupun "kampungan" akan menyebabkan manusia lain akan menertawakan atau menyindir kita akibat ulah hati kita yang tak bisa diimbangi oleh akal kita.

"Cinta", ya kata inilah yang telah dikabari oleh mata pada hati. Dan "keindahan" adalah unsur kimia yang membentuk wujud raga dan bernyawa, yang kemudian aku sebut dengan nama "perempuan". Cinta dan perempuan adalah hubungan romantika yang "halal" dalam usaha kita untuk mencari pasangan hidup dan menemani kita dalam memenuhi sisa tujuan hidup kita yang belum kita raih. Pada masanya nanti kita akan menyebut sebagai sebuah episode manusia dalam memecahkan kemisterian akan "keindahan" itu.

Tidak ada perdebatan yang terselesaikan dengan "baik" selain perdebatan tentang cinta dan perempuan. Peristiwa perang Troya, telah mengilhami Homerus untuk menciptakan syair-syair cinta dan peperangan. Perdebatan cinta dan perempuan pulalah yang mengilhami dewa-dewa Yunani dengan si "Cupid" nya sebagai biang keladi kehancuran dan keharmonisan umat manusia melalui panah cintanya. Legenda Sangkuriang yang memaksakan diri untuk mencintai Dayang Sumbi, yang tak lain adalah ibunya. Dan semuanya bermuara pada masalah cinta dan perempuan.

Kabar yang diterima oleh hati telah membuat penyempitan pola kerja akal. Sehingga perdebatan tentang cinta dan perempuan seringkali tidak berujung pada kebaikan dan keikhlasan. Dan pemenang pada pertarungan hati dan akal itu adalah perempuan.

Perempuan itu laksana dunia? Demikian kalau boleh aku buat perumpamaan.

Dentingan gitar Orpheus yang telah berhasil menyalakan semangat keberanian dan irama tanpa kata pun belum sanggup untuk meluluhlantahkan hati dan perasaan perempuan. Berbagai teori telah saling membantahkan. Kapitalis, komunis, sosialis, neo liberal atau liberal konservatif ataupun paham lainnya saling membantahkan. Dan pada masanya nanti paham-paham itu akan musnah seiring dengan jaman yang akan mengalahkannya. Tapi tidak dengan "cinta" dan "perempuan". Tak ada satupun yang sanggup memecahkan kemisterian itu. And the ending stories, perempuan adalah pemenangnya.

Perempuan itu laksana dunia?

Tak ada satupun manusia yang sanggup mengenggam dan menguasai dunia dalam arti imperial. Manusia tidak mengetahui bagaimana menaklukkan dunia dalam arti tersebut di atas. Seperti halnya cinta dan perempuan, tak ada satu pun manusia yang mengetahui bagaimana cara menaklukkan hati perempuan dengan cinta. Dan tidak ada satupun paham atau aliran yang sanggup menterjemahkan bahasa hati perempuan. Tidak ada seorangpun yang sanggup memahami sabda-sabda cinta, membuka kunci rahasia cinta, menguraikan rantai-rantainya, dan tidak pula bisa membaca tanda-tanda dan kemisteriannya.

Perempuan itu laksana dunia?

"Liannahaa absathu min dzaalika kulluh, lau ta'lamuun!"
Karena sesungguhnya, perempuan itu sangat luas - dan lebih misterius - dari semua itu, jika kalian tahu !


(Terilhami oleh DR. Taufiq El Hakim - Dalam Perjamuan Cinta)

by my self : private collection
Bandung 2004

Ghirah

Tak seperti malam-malam kemarin, kini gugusan bintang Pleiades yang terikat di konstelasi Taurus itu telah pergi entah kemana. The Seven Sister telah hilang meninggalkan langit malam alam raya. Tujuh puteri Pleione telah beranjak pergi tanpa meninggalkan selendang kebidadariannya. Tak ada lagi cahaya keindahan bintang Kartika yang terpancar dari sembilan bintang tergugus. Tak ada lagi mata telanjang yang dapat melihat nuansa bening keindahan alam raya.

Ghirah, hanya dia yang tertinggal di lubuk ini. Hanya kecemburuan insani yang masih melekat dalam pikiranku.

Aku cemburu melihat pesona keindahanmu yang tak dapat ku miliki. Aku cemburu terhadap apa yang masih tersisa antara aku dan tujuanku. Aku cemburu atas tergelincirnya aku saat aku mencoba untuk mendaki puncak gunung hati alammu. Aku cemburu atas kecantikanmu yang tertahan oleh cermin ketidakberdayaanku. Aku cemburu pada mataku ketika mataku memandangmu dengan penuh kekaguman tapi hatiku tertunduk layu tak berkembang, kuncup tak merekah bila didekatmu. Aku cemburu saat engkau memancarkan keindahan wajahmu yang tidak engkau tujukan kepada ku. Aku cemburu! Aku cemburu pada mobil hitam kecil volkwagen golf 78 yang selalu nangkring di depan rumah mu.

Dan kali ini pun aku marah atas diriku yang begitu bodoh dan pengecut untuk mengatakan betapa aku menginginkanmu ada disisiku.

Tak ada lagi yang tersisa dari aku dan tujuanku
Selain ghirah diriku pada mu dan orang didekatmu
Tak ada lagi tujuh puteri Pleione
yang menghijaukan hati
Selain ghirah diriku pada mu dan orang didekatmu

Ku bidik bintang Orion di langit timur, satu bintang pemburu yang selalu membawa pedang Hatsya-nya, dan cahayanya selalu menerawang menerangi malam.

Tapi malam ini tidak seperti biasanya. Orion yang terang itu sekarang menutup diri di balik kabut nebula gelap. Dan aku terus mencari titik ordinat yang tepat agar bidikanku tepat mengenai sasaran dan kemudian bidikanku akan memantul mengenai komet Holmes yang melintasi Orion, sehingga jiwa dan pikiranku terbawa oleh komet Holmes menuju hati Carpicorn. Aku paham benar Capricorn itu tidak pernah menanggalkan tanduknya yang dijadikan sebagai perisai diri dan jiwa. Tapi Carpicorn itu telah memancarkan sinar keindahan yang membuat dadaku sesak.
Mataku mulai mencari-cari sang komet Holmes, dengan harapan bidikanku mengena ekor komet dan komet itu akan dengan mudah membawakan amanat pikiran dan jiwaku kepadanya. Dan tanduk perisai Carpicorn itu akan tergantikan oleh perisai yang datang dari jiwa dan pikiranku. Kemudian aku bisa bangkit kembali mendapatkan sisa tujuan ku. Dan ketika kudapati sisa tujuan ku itu maka akan ku terangkan lentera hatinya pada ekuator langit sehingga orang akan tahu bahwa hatinya adalah milikku. Dan akan ku perintahkan dua ekor Canis untuk menjaganya agar tak ada seorangpun yang bisa merebut hatinya dan berpaling dariku. Tak seekor Lepus-pun yang bisa merogoh hatinya untuk meninggalkanku.

Kan ku bidik bintang orion,
Agar aku bisa bangkit
dan mendapatkan kembali sisa tujuanku

Malam semakin larut, tapi hati ini tetap saja tak bisa menyembunyikan satu perasaan yang tak biasa itu. Satu perasaan yang sukar untuk diungkapkan. Karena aku adalah manusia yang terlahir dengan sejuta keterbatasan. Boleh jadi engkau menganggap aku ini gila. Tapi sesungguhnya di dalam kegilaanku itu terselip satu kewarasan dan keinginan untuk mengungkapkan sejuta rasa perasaan yang tak biasa itu. Boleh jadi orang menganggap aku ini secuil buih di hamparan samudera yang mencoba menaklukkan gelombang laut. Tapi sesungguhnya dari secuil buih itu akan lahir gelombang-gelombang besar yang akan meraih harapan yang sebelumnya manusia-manusia lain tidak pernah mempedulikannya. Boleh jadi aku kalah oleh Volkswagen golf hitam kecil 78 yang sering nangkring di depan rumahmu, tapi sesungguhnya telah kusiapkan beribu Volkswagen Comby Jerman yang senantiasa siap menggilas Volkswagen hitam kecil itu.

Ya … Alloh
Apakah aku salah,
bila aku begitu saja mengagungkan sebuah keindahan
selain keindahan akan diri-Mu ?
dan aku selalu mengingatnya
padahal aku seharusnya mengingat-Mu ?

Tubuhku terasa tak bisa bergerak,
Seluruh nafsu amarah begitu menggusar
Membelah jiwa
menutup mata dan hati jiwaku

Ya … Alloh
Engkau ciptakan ghirah pada jiwaku
agar selalu ku jaga keseimbangan ragaku
agar selalu ku jaga pandangan mata dan hatiku
agar ku selalu terjaga dan selalu mengingat-Mu

Tapi aku adalah manusia
yang terlahir dari jutaan keterbatasan dan kesombongan,
Dan aku juga manusia
yang memiliki rasa cinta untuk memiliki kekasih hati
Dan aku adalah manusia
seperti lainnya yang memiliki perasaan hati
sehingga tak dapat menjaga kecemburuanku …

Maafkan aku …. Ya Alloh !!

by my self - private collection
Bandung, 2000

Saya dan Cinta

Tiba-tiba terdengar suara tak beraturan dari telapak sepatu olahraga orang-orang yang sedang berlari-lari di luar samping kelas ku. Sesekali terdengar suasana canda humor kecil dari orang yang berlarian itu. Mereka menggunakan pakaian olahraga putih dengan celana training berwarna biru tua mendekati ungu gelap dan bergaris strip putih dipinggirnya. Di punggung pakaian mereka tertulis nama sekolah EsEmPe ku. Mataku secara perlahan-lahan, mencoba melirik mengintip kearah suara di luar kelas ku itu. Ternyata mereka sedang berolahraga, warming up, keliling lapangan volley ball. Kebetulan ruangan kelasku agak dekat dengan lapangan volley ball, sehingga bila ada yang berolahraga, tingkah pola dan suara mereka terlihat dan terdengar dari dalam kelas. Kami tidak pernah merasa terganggu dengan suara teman-teman yang sedang berolahraga. Justru bagi saya, mereka bisa menjadi pemandangan untuk menghibur diri bila suasana sedang suntuk mendengarkan pelajaran dari guru yang sedang mengajar. Tapi hari itu ada kejadian “lucu” pada diri saya, entah bagaimana awalnya dan bilamana datangnya, tiba-tiba mata saya tertuju pada seorang wanita cantik berkulit putih dan berambut panjang sepunggung. Alis matanya tipis menghiasi matanya yang bening. Bondu-nya terselip di kepala, mengikat rambut depannya agar tidak berantakan. Rambut belakangnya diikat rapih.

“Aih…, siapa dia ya?” tanyaku dalam hati.
“Kenapa aku tiba-tiba memfokuskan mata ini kepada makhluk cantik itu?”

Pertanyaan itu begitu saja datang tiba-tiba tanpa diundang. Tangkapan mata ku secara mendadak merekam peristiwa itu dan mentransformasikannya ke hard disc kepalaku. Rupanya hard disc-ku enggan menyimpan dia sendiri berlama-lama di kepala. Dia mulai beraksi dan mentransformasikan kembali rekaman itu ke gumpalan daging kecil didalam dada ku yang di sebut hati. Ternyata hati ku bereaksi akibat transformasi data visual yang bermula ditangkap oleh mata itu dan kemudian hatiku bekerja dengan menimbulkan detakan pada jantungku. “Ada apa ini dengan diriku?” tanya ku pada hati ku. “Kenapa engkau bereaksi seperti ini?” tanyaku kembali. Tapi hati tidak menjawab, bahkan jantungku semakin cepat berdetaknya. Usiaku saat itu masih sangat muda, kira-kira 13 tahun, dan akupun tidak memiliki penyakit kelainan hati atau jantung. Tapi kenapa jantungku berdetak dengan cepat?

“Aih, mungkin aku telah terperangkap pada satu dimensi yang sebelumnya belum pernah aku alami. Tapi apa nama dimensi itu?” pikirku.

Sejak kejadian dimana jantungku berdetak itu, aku mencoba mengobatinya dengan segala daya yang kumiliki. Dan satu hal yang terbesit dalam pikiranku adalah memecahkan misteri wanita itu.

Peristiwa itu sepintas hanyalah sebuah peristiwa “kecil” yang sebenarnya tidak terlalu istimewa. Tapi akibat reaksi hati yang berlebihan, peristiwa itu telah menjadi sangat istimewa bagi manusia seperti saya yang baru saja menginjak fase remaja setelah menanggalkan pakaian putih-merah nya.

“Wkwkwkwk…. Hehehe… ternyata aku telah terperangkap pada satu dimensi yang bernama dimensi “Cinta” alias demen bin seneng!

Sebelumnya kata cinta hanya kutemukan pada syair-syair lagu, puisi ataupun judul film yang tertulis dalam bentuk nyata dan verbal. Tapi saat itu aku tidak menemukan kata cinta pada makna verbal dan nyata. Aku menemukan kata cinta dalam makna abstrak. Dan makna abstrak pada cinta cenderung lebih sulit diterjemahkan dengan akal sehat, sampai kita bisa menjadikan kata itu nyata dan terkoneksi dengan kata lainnya melalui reaksi orang lain yang kita coba untuk kita cintai. Maka kata cinta akan menjadi satu kesatuan utuh bila aksi dan reaksinya mengandung unsur positif alias nyambung.

And that is my first experience about “falling in love”. Ya, itu adalah pengalaman pertamaku dalam hal perasaan cinta. Memang, ending stories-nya tidak berakhir dengan baik, tapi setidaknya ada satu pelajaran yang bisa saya petik, bahwa cinta adalah bahasa kalbu yang sulit untuk diterjemahkan. Cinta bukan berarti memiliki, tapi cinta harus dimiliki oleh setiap manusia. Dan cinta sejati adalah hasil karya manusia dalam mengapresiasikan bahasa kalbu dan diaktualisasikan melalui perilaku kita terhadap yang kita cintai.

Sejatinya tujuan akhir dari cinta antar mahluk adalah menjadi “pengantin” pada singgasana nan indah dan damai, yang secara figuratif, keagungannya tak ternilaikan dan tak seorangpun akan sanggup menandinginya. Singgasana Arsy, itu lah nama singgana yang menjadi idaman bagi setiap muslim yang mengagungkan kata cinta dalam makna yang nyata. Alloh ta’ala telah menciptakan singgana bagi mereka yang mencintai dan ridlo terhadap Rabb-Nya dan Rabb-Nya pun ridlo untuk mencintai mahluk-Nya. Ada hubungan bersinergis positif untuk saling mencintai antara Sang Pencipta dan manusia.

Cinta dalam arti manusia dengan manusia, ternyata menyimpan banyak kemisterian yang terkadang sangat sulit untuk dipecahkan. Love is puzzle. Cinta ibarat sebuah teka-teki yang didalamnya penuh dengan warna abu-abu. Kadang bila kita salah menyusunnya, maka kita akan terjerembab ke dalam dimensi kegalauan dan berakibat pada hilangnya akal sehat manusia. Boleh jadi, pengalaman ku pertama kali ketika pikiran dan hatiku “tergugah” oleh yang namanya cinta, tubuh ini seakan-akan menciptakan satu reaksi yang mengakibatkan organ tubuh lainnya mengalami reaksi yang tidak biasa. Mulai dari mata, pikiran, hati, mulut, tangan, kaki dan lainnya. Disadari atau tidak, reaksi itu dapat menimbulkan ke abnormalan manusia bila kita tidak bisa mengendalikannya. Sifat keabnormalan itu ternyata dapat mengakibatkan hilangnya akal sehat.

Sosok yang mempesona, yang kukenal waktu EsEmPe itu ternyata selalu membekas dan sulit untuk dilihangkan dari ingatan ku. Bahkan ketika aku hijrah ke Bandung, sewaktu EsEmA pun, sosok itu masih tersimpan dengan rapih di dalam filling cabinet memori otakku. Sukar, memang sukar untuk dilupakan. Peristiwa “konyol” sewaktu EsEmPe ternyata begitu membekas. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa aku adalah manusia “terkonyol” yang terjebak begitu lama dalam dimensi abstrak. Ya, mungkin mereka benar. Tapi kalau boleh saya ber-pledoi, bahwa manusia memiliki catatan rekaman tersendiri tentang masa lalunya. Ada beberapa kisah masa lalu yang mungkin bisa kita buang dari ingatan kita, tapi untuk peristiwa yang menurut kita istimewa, kayaknya agak sukar untuk kita lupakan.